Hidup ini hanyalah untuk
mengumpulkan bekal menuju kehidupan abadi saat ajal datang menjemput nanti. Entah
kapan saya pertama kali saya mendengar kalimat itu. Yang jelas kalimat itu
tiba2 saja terlintas dalam 2 hari menjalankan puasa di bulan ramadhan 1433 H
ini. Tentunya itu semua bukan tanpa alasan,dan melintas secara ujug2 begitu
saja.
Di hari pertama ramadhan
kemarin,saya melewati 2 bendera duka cita. Saya memang tidak mengenal siapa
yang meninggal atau keluarga yang ditinggalkan,tapi entah kenapa,ada rasa takut
yang tiba2 menyeruak hadir. Ditambah lagi,pagi ini saya menerima sebuah berita
duka dari seorang sahabat bikers. Salah seorang mantan penasehat club motor
vario tempat saya bernaung,telah dipanggil untuk menghadap Sang Pencipta.
Saya sangat yaqin,jika mereka
bisa berharap dan meminta,mereka pasti berharap dan meminta untuk bisa setidaknya
menuntaskan ibadah ramadhan sebelum harus dipanggil menghadapNYA. Atau setidaknya
mereka berharap bisa berpamitan dan meninggalkan pesan bagi orang2 tercinta. Tapi
apakah maut bisa ditawar,atau setidaknya ditunda? Jika saja itu bisa,,,,,,
Allah tentu punya alasan
tersendiri kenapa maut didatangkan secara tiba2,kadang tanpa pesan dan yang
pasti tanpa tawar menawar. Jika saatnya tiba,maka tidak ada alasan bagi kita
untuk menolaknya,siap ataupun tidak siap. Dan kita semua percaya,hidup kita ini hanyalah
menunggu giliran untuk dipanggil menghadapNYA. Nomer antrian berapa saya? Saya tidak
tahu sama sekali. Nomer antrian saya,nomer antrian anda,dan nomer antrian kita
semua adalah rahasiaNYA.
Maka bersiaplah diri kita
senantiasa,,,,, Agar ketika waktu giliran kita tiba,insya Allah kita semua
telah siap dengan bekal terbaik yang telah kita punya. Bersiap dan mengumpulkan bekal
senantiasa,karena hanya itu yang bisa kita lakukan. Dan jika esok atau lusa
atau kapanpun saat itu tiba,tidak ada alasan bagi kita untuk lari menghindarinya,karena
kita tidak mungkin bisa.
Teteup Semangat !!!
220712
Tidak ada komentar:
Posting Komentar