Setelah sempat tertunda beberapa kali,akhirnya hari ini saya berkesempatan untuk menyaksikan film yang saat ini banyak menjadi perbincangan yaitu Habibie & Ainun. Jujur saja,selain karena memang agak susah mengatur waktu untuk bisa nonton bersama bunda Evi,kemudian antrian yang seringkali mengular,saya sebenarnya agak enggan menyaksikan film tersebut di studio 21 atau XXI. Apalagi setelah cukup banyak komentar tentang film tersebut yang banyak menguras air mata. Kata bunda Evi,saya ini orangnya termasuk cengeng,mudah tersentuh dan menangis menyaksikan adegan yang mengharukan,meski hanya sebuah film. Maka sejak awal saya telah memutuskan untuk tidak menyaksikan film tersebut di tempat keramaian. Kan gak lucu kalau saya sesenggukan,atau mata jadi sembab setelah lampu studio menyala.
Namun pertahanan saya jebol juga. Hati saya akhirnya luluh juga,karena keinginan yang begitu kuat dari bunda Evi agar bisa menyaksikan film tersebut yang memang sampai saat ini masih diputar. Maka dengan menguatkan mental dan menyiapkan diri,saya hari ini akhirnya menemani bunda Evi menyaksikan Habibie & Ainun.
Meski telah menyiapkan diri sebaik mungkin (namun tanpa membawa sapu tangan atau tisu),pertahanan saya tak ayal jebol juga. Terlalu banyak adegan yang cukup menyentuh dan menyesakkan dada,terutama tentang makna kebersamaan dan hakikat mencintai. Jadilah saya akhirnya sesak menahan haru,menjaga agar air mata tidak tertumpah.
Namun yang sangat membuat dada saya sesak dan ingin berteriak adalah adegan saat launching pesawat N250,dimana di film tersebut ditampilkan dokumentasi dari berita yang sebenarnya saat kejadian berlangsung. Begitu melihat adegan tersebut,ada rasa bangga yang menyeruak luar biasa. Kita bisa bikin pesawat ! Dan pesawat bahkan telah terbang diangkasa,di langit biru negara Indonesia. Yang langsung muncul di kepala saya saat itu adalah,kemana saya saat itu? Saya bahkan tidak pernah mengetahui berita tersebut. Air mata saya menetes tanpa saya bisa bendung,mengalir tanpa sengaja. Saya bangga lahir dan besar serta menjadi anak bangsa Indonesia.
Adegan lain yang terekam kuat dalam ingatan saya adalah saat Habibie & Ainun mengunjungi kembali IPTN yang telah ditutup,kemudian mereka menyaksikan hanggar kosong tanpa aktifitas,dan sebuah pesawat buatannya terparkir 'nganggur' di dalamnya. Saya bisa merasakan apa yang saat itu Habibie rasakan. Sungguh sebuah kekecewaan yang luar biasa,ketika hasil karya terbaik kita ternyata tidak mendapatkan penghargaan yang semestinya. Dalam kondisi seperti itu,Ainun maju mendamaikan Habibie. "Masih banyak cara yang bisa kita tunjukkan untuk mencintai negara Indonesia",kurang lebih begitu yang dikatakannya.
Sampai saat ini saya tidak tahu kenapa IPTN tutup dan tidak beroperasi lagi. Saya hanya berpikir sebagai orang awam,sesuatu yang begitu membanggakan tentunya akan lebih baik jika berusaha untuk terus dipertahankan sedaya upaya. Tapi mungkin ini tidak hanya tentang kebanggan akan kemampuan membuat pesawat,bisa jadi tentang banyak hal dan kepentingan yang lain. Entahlah,,,,,
Terimakasih untuk pak Habibie & ibu Ainun,terimakasih buat semua yang terlibat dalam pembuatan film tersebut. Terimakasih,,,,,
Teteup Semangat !!!
04012013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar