Selamat datang.
Blog ini saya buat sebagai bentuk keyakinan saya bahwa setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi manfa'at bagi orang lain, bisa jadi melalui berbagai pengalaman pribadi yang semoga bisa menjadi pelajaran bagi orang lain. Perbedaan sudut pandang seharusnya membuat kita menjadi semakin kaya dan semakin dewasa dalam menentukan sikap terhadap sebuah pilihan.
Terimalah blog yang sederhana ini dengan keterbukaan pikiran agar menjadi manfa'at jika itu baik, dan jika tidak baik maka abaikanlah.

Teteup Semangat !!!

Rabu, 10 Juli 2013

Gapai Impianmu dengan bekal restu Ibumu.


Sejak kecil,kita pasti sudah diajarkan tentang betapa pentingnya untuk menghargai orang tua,khususnya Ibu. Namun berapa banyak diantara kita yang secara sungguh-sungguh menghormati mereka,dan senantiasa melakukan serta memberikan yang terbaik buat mereka? Bisa jadi cukup banyak,meski tidak sedikit juga yang masih bingung dan belum menemukan cara yang tepat untuk membahagiakan mereka,khususnya ibu. Cerita ini adalah pengalaman saya pribadi,semoga bisa menjadi pelajaran dan memberi manfa'at bagi sahabat yang ingin belajar untuk selalu menjadi pribadi yang lebih baik.

Disekitar bulan oktober 2010 yang lalu,saya dan istri dikejutkan oleh berita tentang kesehatan ibunda kami,yang biasa saya panggil mama'. Adik saya yang tinggal sekota dengan orang tua memberi kabar bahwa kondisi penglihatan mama' menurun tajam,dan ini juga dibenarkan oleh bapak saya. Memang hal ini ketahuannya agak terlambat,karena ternyata kondisi mata sebelah kanan mama' sudah sama sekali gelap,tinggal mata kiri yang masih bisa melihat meskipun tidak 100% jelas.
Awalnya bapak mengira ini hanya gangguan penglihatan biasa dan bisa dibantu dengan penggunaan kacamata yang tepat,maka bapak berinisiatif membawa mama' ke optik. Karena hasil pemeriksaan tidak cukup memuaskan,maka disarankan agar mama' diperiksakan ke dokter mata. Ternyata dokter matapun  memberi keterangan yang cukup mengkhawatirkan. Kondisi mata mama' seharusnya jauh lebih baik,jika dilihat dari usianya. Maka kemudian dokter mata merujuk agar mama' diperiksakan ke dokter spesialis syaraf,karena dikhawatirkan ada bagian syaraf di kepala yang bermasalah.


Saat melakukan pemeriksaan ke dokter spesialis syaraf inilah kami mendapat hasil yang cukup mengejutkan,mama' terdiagnosa mengalami tumor di otak. Tumor itulah yang menyebabkan penglihatannya menjadi sangat menurun,bahkan sebelah matanya sampai tidak bisa melihat. Maka dokterpun menyarankan untuk sesegera mungkin dilakukan operasi,agar mata sebelah kirinya bisa terselamatkan. Untuk mata sebelah kanan,menurut dokter,hanya mukjizat yang bisa menyembuhkannya. Karena secara medis dinyatakan permanen buta. Meski operasi adalah jalan terbaik untuk pengobatan,dokter sendiri tidak bisa menjamin 100% keberhasilan operasi tersebut,karena itu menyangkut organ vital yang menjadi penggerak seluruh bagian tubuh.

Untuk mendapatkan kepastian hasil pemeriksaan dan opsi yang ada,mama' akhirnya dibawa ke Samarinda,untuk tinggal bersama kami (saya & istri),sambil melakukan pemeriksaan lagi di rumah sakit dan dokter yang ada di Samarinda. Dan ternyata hasilnya sama seperti pemeriksaan di rumah sakit dan dokter yang sebelumnya,mama' harus segera dioperasi. Kami dihadapkan pada pilihan yang sangat sulit,antara operasi atau tidak. Belum lagi tentang pertanyaan dimana mama' sebaiknya dioperasi,apakah di Samarinda saja atau di Surabaya seperti saran dokter.

Dalam kondisi menunggu inilah kami mencoba berbagai upaya pengobatan secara alternatif atas saran dari keluarga maupun sahabat. Bisa jadi karena mama' memang sudah mendengar sendiri diagnosa dan tindakan medis yang sebaiknya diambil,pengobatan alternatif yang disarankan sama sekali tidak berefek banyak. Selain karena jangka waktunya yang memang sangat pendek,hanya sambil menunggu keputusan dimana mama' akan dioperasi. 
Maka yang kami takutkanpun terjadi,,,,, kondisi kesehatan mama' mengalami penurunan drastis,bahkan sampai pada akhirnya mata sebelah kiri yang sebelumnya masih bisa melihat meski tidak jelas,saat itu juga menjadi sama sekali gelap. Maka segala aktifitas yang dilakukan oleh mama' harus mendapatkan bantuan dari orang lain. Dan karena di rumah hanya saya berdua istri,maka kami secara bergantian menjaga dan menemani mama' di rumah.

Dalam gelap pandangannya,seringkali mama' seperti mengigau. Ia mengatakan bahwa ada banyak anak2 yang bermain dan berlari-larian di rumah kami,padahal kami hanya bertiga di rumah. Kadang ia juga seperti mengobrol dengan seorang saudaranya yang sesungguhnya telah sekian lama meninggal. Bagi saya,ini lebih menakutkan dibandingkan keharusan untuk mendampingi mama' dalam melakukan aktifitasnya. Meski berusaha tegar,air mata saya tetap saja sering tumpah. Nafas saya tetap saja terasa sesak,setiap kali harus memandikan mama',menemaninya buang hajat,membantunya menggunakan pakaian,menyuapinya makan,dan mendampinginya saat tidur malam. Meski menangis,saya sebisa mungkin tetap terdengar kuat bagi mama' saya. Bukan saya tidak ikhlas melakukan itu semua,bukan itu. Saya hanya tidak rela melihat mama' yang selama ini saya kenal sebagai sosok yang tegar dalam mendidik dan membesarkan anaknya,saat itu berada dalam kondisi yang sangat lemah tak berdaya.

Berdasarkan kesepakatan keluarga,mama' akhirnya diputuskan untuk operasi di samarinda saja. Dengan pertimbangan agar lebih mudah untuk dikunjungi dan dijaga oleh anak-anak dan cucu2nya. Dan sesuai saran dokter,sebelum operasi dilakukan,kami diminta agar berbicara dengan mama' dari hati ke hati. Karena menurut dokter,munculnya tumor itu adalah karena adanya sesuatu yang mengganjal pikiran mama' saya. Singkat cerita,dalam rapat keluarga tersebut terungkap salah satu beban terbesar mama' saya adalah kondisi saya yang tidak bekerja. Tidak bekerja? Ya,,,  sejak sekitar tahun 2007 saya memang memutuskan untuk tidak lagi bekerja dan fokus menekuni karier saya sebagai Public Speaker (MC & Trainer),serta menjalankan usaha yang ada. Dan inilah yang ternyata menjadi beban berat mama' saya. Sebagai ibu,ia merasa sangat kasihan melihat istri saya (karena suaminya tidak bekerja). 

Maka saat itu saya berjanji dalam hati,jika dengan saya bekerja akan membuat kondisi kesehatan mama' membaik,maka saya akan melakukannya. Meski sebenarnya saya lebih merasa nyaman dengan aktifitas sebagai profesional maupun wirusahawan. Dan demi ketenangan dan keikhlasan serta kelancaran mama' menjalani operasi,saya mulai berusaha untuk mencari kerja,terserah sebagai apa saja.

Sungguh Allah maha menepati janji. Meski operasi tidak sepenuhnya berjalan lancar,karena harus diulang lagi keesokan harinya,namun secara keseluruhan pengobatan berjalan dengan sangat baik. Dan alhamdulillah,,, tepat setelah mama' menjalani operasi,saya juga diterima dan mulai bekerja di tempat saya sekarang ini. Ketika merasa tidak nyaman dengan kondisi pekerjaan saya,Allah seperti selalu mengingatkan, "Ryan,,, ingat janjmu padaKU,,,,, bukankah AKU telah memenuhi keinginanmu untuk menyehatkan ibumu?! maka bekerjalah,demi ibumu dan janjimu padaKU". 

Seringkali kita berpikir dan berbuat terlalu rumit untuk membahagiakan ibu kita,padahal bisa jadi caranya sangat sederhana,yaitu dengan menuruti dan melakukan apa yang menjadi harapannya. Entah bagaimana dengan anda,namun saya pribadi semakin yakin dan percaya bahwa restu orang tua,apalagi ibu,adalah kunci utama untuk meraih apapun yang kita inginkan.
Dulu,,, saya berusaha sangat keras untuk mewujudkan impian saya bisa sharing dengan sekolah2 dan kampus2 yang ada di Samarinda,dan hampir gagal mewujudkannya. Namun ketika saya menuruti saran ibu saya untuk bekerja,kini saya sudah hampir menjangkau seluruh sekolah tingkat lanjutan dan kampus yang ada di Samarinda. Berbagai impian saya justru terwujud setelah saya melakukan keinginan orang tua saya,keinginan mama' saya.

Alhamdulillah,,, saya yakin berkat do'a anda juga,mama' saya kini sehat wal'afiat. Mata kanan yang sebelumnya divonis dokter tidak bisa sembuh,kini bisa digunakan untuk melihat secara normal. Termasuk mata kiri yang sempat rabun dan gelap sama sekali,kini juga bisa digunakan untuk beraktifitas kembali. Senang setiap kali melihat mama' bisa kembali melakukan kegemarannya melayani pembeli di kios sembako sederhana milik kami,termasuk juga jualan pulsa. Berkat adik saya,bahkan mama' saya (dan bapak tentunya) bisa menjalankan ibadah umroh beberapa waktu lalu,tanpa menggunakan alat bantu. Thank u Allah,,,

Saya dapat banyak pelajaran penting dari peristiwa ini,terutama dalam hal berbakti dan membahagiakan orang tua. Rasanya kita tidak perlu menunggu memiliki banyak harta untuk membuat mereka bahagia,karena itu bisa anda lakukan saja dengan cara-cara yang ternyata sangat sederhana. Dengan perhatian kita,dengan keikhlasan kita untuk mewujudkan apa yang menjadi harapan mereka sesuai dengan kemampuan kita. Jangan menunggu,karena kita tidak pernah tahu kapan batas waktu Allah memberi kita waktu. Mulailah sekarang dengan sekecil apapun yang bisa kita lakukan. Mari,,,,,

Teteup Semangat !!!
@RyanWidiyanto
Master Insight

110713

Tidak ada komentar:

Posting Komentar