Kemarin sore menjelang magrib,saya terlibat diskusi singkat namun menarik dengan seorang sahabat yang adalah seorang praktisi Hypnotherapy. Diskusi ini berawal dari status yang saya buat di BB saya tentang seseorang yang berkeinginan untuk di Hypnotis agar bisa mengemudikan mobil,namun sebelumnya ia sama sekali belum pernah belajar ataupun kursus mengemudikan mobil.
Sahabat saya ternyata memiliki pengalaman menarik. Ia pernah membantu Mr.X belajar mengemudikan mobil dalam waktu yang sangat singkat,meski sebelumnya temannya itu belum pernah sama sekali belajar mengemudikan mobil di dunia nyata. Maksudnya? Yups,Mr.X ini hanya sering mengemudikan mobil di dunia game,tepatnya bermain play station. Luar biasanya,Mr.X langsung bisa mengemudikan mobil untuk jarak yang cukup jauh,bahkan hingga keluar kota. Tentunya dengan dampingan sahabat saya ini yang sudah mahir mengemudi. Saya awalnya sungguh merasa kagum,sampai kemudian ia menjelaskan bahwa Mr.X yang dia bantu belajar mengemudikan mobil tersebut ternyata juga saya kenal. Dan dia juga seorang praktisi hypnotherapy di Samarinda.
Diskusi tersebut membawa ingatan saya kembali ke saat pertama saya mengemudikan mobil. Saya juga tidak pernah belajar secara khusus,apalagi kursus. Keinginan kuat saya untuk bisa mengemudikan mobil itu saya mulai berusaha wujudkan dengan selalu duduk di samping supir jika sedang bepergian. Tujuan utama saya jelas,mengamati dan mempelajari cara supir mengemudikan mobil. Hasil pengamatan saya tersebut saya rekam dalam ingatan saya,dan kadang saya simulasikan dalam pikiran. Saya kerap berandai-andai sedang menyetir mobil,lengkap dengan cara menginjak pedal kopling maupun gas,serta mengoper perseneling mobil.
Dan ketika kesempatan praktek di dunia nyata itu datang,saya tidak berpikir 2 kali untuk mengambilnya. Karena ada perlengkapan kerja yang harus dibeli,sementara hanya ada mobil,dan tidak ada orang lain yang bisa pergi,maka dengan berucap Bismillah saya berangkat. Apakah saat itu saya yakin bisa? Sedikit,malah lebih banyak nekat dan terpaksa sebenarnya. Hehehe,,, tapi sudah gak ada alasan untuk mundur,karena saya sudah menyatakan bisa. Setidaknya saya sudah berulang kali melakukannya di pikiran saya.
Secara umum,tugas berbelanja perlengkapan kerja berjalan lancar. Meski diawal perjalanan sempat terjadi keanehan,karena mobil ternyata tidak bisa melaju meski pedal gas telah diinjak cukup dalam. Bahkan terdengar suara berdecit seperti tikus menjerit. Sempat beberapa kali berhenti dan mencari tahu penyebabnya,akhirnya saya menemukan masalahnya setelah melakukan simulasi kembali mulai dari awal. Mulai dari membuka pintu mobil,duduk dan pasang safety belt,tutup pintu mobil,starter,dan,,,,, aha,ternyata saya lupa melepaskan hand rem. Makanya kog mobilnya tetap lambat meski pedal gas sudah terinjak dalam. Hehehe,,,,,
Itu baru satu masalah yang muncul. Masalah yang lain kemudian menyusul. Karena saya lebih sering ‘belajar’ dalam pikiran saya dengan mobil angkot,yang rata2 ‘hidungnya’ pesek,sementara mobil yang saya kemudikan pertama kali ‘berhidung’ mancung,maka anda bisa bayangkan kemudian apa yang terjadi. Yesss,,, moncong mobil nabrak tiang bendera. Bruks,,, untung sudah dalam kecepatan pelan,karena akan parkir. Tapi ya lecet juga sech,sedikit. Hehehe,,,,,,
Saya tiba kembali di kantor dalam kondisi yang basah karena keringat. Bukan karena AC mobil yang tidak dingin,tapi lebih karena ketegangan yang saya rasakan. Kedatangan saya disambut dengan pertanyaan kenapa kog perginya cukup lama,padahal lokasi tempat berbelanja tidak terlalu jauh. Hehehe,,, mereka tidak tahu kalau saya muter lumayan jauh,bukan agar bisa berlama-lama merasakan nyetir mobil,tapi untuk mencari bundaran supaya bisa kembali ke jalan semula ke arah kantor. Karena belum pernah ‘belajar’ meski dalam pikiran,bagaimana mundur dan memutar kendaraan di jalan yang tidak terlalu luas,maka bundaran adalah solusi terbaik agar bisa kembali ke jalur semula. Hehehe,,,,,
Dan melatih keterampilan di pikiran ini juga sukses saya lakukan untuk beberapa hal lainnya.
Sebelum sukses menggebuk bedug inggris di dunia nyata,saya suka sekali berpura-pura sedang bermain drum. Lengkap dengan sendok dan garpu sebagai stik,serta piring-piring sebagai drum. Bonusnya adalah omelan dari orang rumah yang sering mendengar saya kelotekan.
Sebelum dikenal sebagai seorang penyiar,saya suka sekali berakting sebagai seorang penyiar. Mengomentari setiap lagu yang saya dengar,layaknya seorang penyiar ternama.
Sebelum mendapat kesempatan tampil di layar kaca yang sesungguhnya,setiap membaca saya mengkondisikan diri saya seperti sedang membaca berita di layar kaca
Begitu juga saat saya berkeinginan untuk menjadi MC maupun Trainer,saya suka bertingkah laku layaknya seorang MC dan Trainer.
Saya percaya anda juga pernah melakukan apa yang saya lakukan ini,meski dalam aktifitas yang berbeda,secara sadar ataupun tidak. Semoga cerita saya ini ada manfa’atnya untuk anda.
@RyanWidiyantoMC
PIN BB : 29D566B1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar