Selamat datang.
Blog ini saya buat sebagai bentuk keyakinan saya bahwa setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi manfa'at bagi orang lain, bisa jadi melalui berbagai pengalaman pribadi yang semoga bisa menjadi pelajaran bagi orang lain. Perbedaan sudut pandang seharusnya membuat kita menjadi semakin kaya dan semakin dewasa dalam menentukan sikap terhadap sebuah pilihan.
Terimalah blog yang sederhana ini dengan keterbukaan pikiran agar menjadi manfa'at jika itu baik, dan jika tidak baik maka abaikanlah.

Teteup Semangat !!!

Rabu, 16 November 2011

Belajar 'Bicara'.


Sebut saja namanya Feri, usianya sekitar 9 tahun. Jika ia bersekolah, maka seharusnya ia sudah duduk di kelas 4 atau 5 sekolah dasar. Namun karena keterbatasannya dan kondisi keluarga yang sangat sederhana, akhirnya ia tidak pernah mengenyam pendidikan di bangku sekolah. Sejak lahir, ia memang telah didiagnosa mengalami kesulitan dalam berbicara, dalam istilah keseharian biasa kita sebut gagu atau tuna wicara. Kondisi perekonomian orang tuanya yang tidak cukup baik membuatnya tidak mendapatkan perhatian yang seharusnya. Apalagi ia juga masih memiliki saudara2 lain yang tinggal bersamanya di rumah neneknya yang sangat sederhana dan berisi 3 keluarga.

Sebenarnya saya tidak terlalu mengenal Feri. Saya hanya kerap mendengar cerita tentangnya dari Mama saya yang membuka warung dengan menyewa halaman bagian depan rumah nenek Feri. Di halaman yang tidak terlalu luas itulah Mama membangun warung semi permanen untuk berjualan soto banjar dan berbagi menu lainnnya. 
Kembali ke Feri. Sejak awal Mama berjualan,ia memang kerap mengeluhkan kenakalan Feri yang menurut Mama saya luar biasa. Maksudnya diluar kebiasaan anak2 pada umumnya. Mama seringkali bercerita bagaimana Feri kerap berteriak-teriak dengan suara yang tidak jelas,dan tentunya juga tidak dimengerti oleh ibu dan keluarga lainnya. Kadang Feri juga kerap melakukan hal2 yang cenderung membahayakan dirinya, seperti memukul atau menendang dinding rumah atau barang apa saja yang ia temui. Ia juga, kata Mama, kerap melemparkan barang apa saja yang ia temui dan bisa ia pegang. Dan itu biasanya terjadi ketika ia sedang merasa kesal dan marah. Selain dari Mama, saya juga kemudian kerap mendengar cerita yang sama dari istri yang belakangan sering membantu Mama berjualan.

Selasa, 15 November 2011

Terimakasih mas Jamil


Tidak banyak yang berubah dari sosok yang kerap saya sapa Guru ini,Jamil Azzaini namanya. Gaya penyampaian materinya tetap khas dan ngangeni,dan tentu saja semakin matang seiring dengan semakin banyaknya rambutnya yang memutih. Hehehe.... piss yo mas..... Inipun baru saya ketahui ketika saya sharing lebih dekat kemudian. Ya,malam itu saya memang sengaja menyempatkan waktu untuk bertemu dengan sosok yang cukup banyak memberi andil dalam perubahan hidup saya. Meski sebenarnya jadwal saya sendiri cukup padat,karena selama 2 hari full saya harus menjadi MC untuk acara pelatihan perpajakan. Awalnya istri juga ingin ikut untuk bertemu dengan sosok yang akrab dengan sapaan inspirator SuksesMulia ini. Namun karena kondisi,dan pertimbangan jadwal tugasnya,akhirnya saya berangkat sendiri.

Selesai ngeMC,sore itu saya menuju ke Balikpapan. Di perjalanan saya menyiapkan mental sebaik mungkin untuk bertemu dengan inspirator yang selalu tampil sederhana ini. Menyiapkan mental? Ya,saya harus menyiapkan mental saya secara lebih,karena pasti akan banyak hal yang akan saya ‘terima’ secara pribadi. “Nanti kita ngobrol2 mas”, “Saya tunggu”, sms2 singkat ini semakin meyakinkan saya bahwa pasti ada ‘sesuatu’ yang akan beliau sampaikan secara pribadi kepada saya.