Dengan tekun dan penuh perhatian, saya menyimak kalimat demi kalimat yang dibaca oleh mereka yang duduk pada bangku2 sekolah disebelahku. Sambil terus menerus berusaha mengumpulkan kekuatan dan keyakinan, bahwa sesungguhnya saya bisa melakukannya. Dadaku semakin berdebar kencang, nafasku makin tidak beraturan, ketika semakin mendekati giliranku untuk membaca. Dan aku akhirnya harus kembali menyerah, saya tidak bisa, begitu bisik hati kecilku. Perlahan kuangkat tangan mungilku, "ma'af bu,ijin ke belakang sebentar". Begitu alasanku setiap kali, dan selalu kulakukan ketika menjelang giliranku membaca buku pelajaran.
Lama2 para guru akhirnya mengetahui akal2anku ini, karena terlalu sering dan kerapkali saya lakukan di kelas, dan selalu terjadi ketika kami para murid harus bergiliran membaca buku pelajaran sekolah. Mereka tidak melarangku untuk ke belakang setiap kali, namun tetap menyuruhku membaca begitu aku telah kembali dari belakang. Aku masih ingat dengan jelas pandangan iba dari teman2 sekelasku, setiap kali saya tidak bisa menyelesaikan tugasku membaca. Beberapa teman bahkan berbaik hati menawarkan untuk mengambil ambil tugasku, namun tidak pernah diijinkan oleh guruku.
Aku bukan tidak bisa membaca. Aku hanya kerapkali mengalami masalah ketika harus bertemu dengan sebuah kata ato kalimat yang berawalan dengan huruf S, K, dan beberapa huruf lain. Ya, dalam istilah umum saya mengalami GAGAP. Saya tidak ingat pasti, sejak kapan saya menyadari hal tersebut. Yang pasti, sejak saat itu saya tidak menyukai pelajaran lain, kecuali matematika. Karena matematika tidak mengharuskan kami para murid untuk membaca. Tidak mengherankan jika diantara teman2, saya dikenal sebagai yang paling jago urusan pelajaran berhitung ini.
Meski mengalami hal tersebut, pada akhirnya saya sangat bersyukur karena memiliki para guru dan teman2 yang sangat pengertian. Mereka tidak pernah merendahkan ato melecehkan saya. Beberapa teman bahkan secara sukarela mencoba membantu saya mengatasi hal tersebut, dengan berbagai cara yang mereka ketahui. Guru2 tidak pernah memaksa saya untuk membaca jika saya memang merasa tidak siap untuk melakukannya. Saya juga kerapkali diminta untuk bertugas sebagai pembaca undang2 dan pancasila, jika memang saya menyatakan siap melakukannya. Menurut mereka, ini adalah salah satu cara yang harus saya lakukan agar saya bisa menghilangkan "penyakit" saya itu. Saya juga kemudian diajak teman2 untuk aktif dalam kegiatan pramuka, juga sebagai upaya penyembuhan.
Semua terus berlangsung sampai akhirnya saya lepas sekolah dasar dan melanjutkan ke SMP. Di jenjang ini, kami sudah mulai jarang bahkan hampir tidak pernah mendapatkan tugas membaca buku pelajaran secara bergantian di kelas. Hal ini sangat membantuku melupakan pengalaman "buruk" yang kualami dalam hal membaca. Karena saya bertemu dengan teman2 baru, dan mereka tidak pernah tahu bahwa saya gagap, maka hal tersebut sangat membantu saya, terutama menyangkut rasa percaya diri. Saya merasa tidak berbeda dengan mereka. Hal ini juga membuat gerak langkahku menjadi lebih leluasa, khususnya untuk lebih mengembangkan diri. Selain aktif sebagai pengurus OSIS, saya juga aktif dalam kegiatan ekstra kurikuler beladiri. Diluar sekolah, saya tetap menggeluti aktifitas sebagai anggota pada sebuah kelompok teater.
Semua berlangsung normal untuk selanjutnya, seperti juga kebanyakan remaja pada umumnya. Semua kegiatan positif yang ada disekolah dan masyarakat, selalu aku ikuti. Mulai dari sebagai pengrus OSIS, karang taruna, pengajian sekolah, band, pokoknya hampir semua kegiatan yang ada dan bisa kuikuti. Sampai lepas sekolah SLTA, saya hampir tidak pernah mengalami hal itu lagi. Hampir tidak pernah, bukan tidak pernah.
Hingga akhirnya kemudian saya lepas sekolah dan terjun ke dunia siaran sebagai penyiar radio, kemudian naik pangkat jadi presenter tv lokal, hingga kemudian dikenal sebagai MC. Semua itu semkain menebalkan rasa percaya diri saya, karena semakin sering tampil di depan orang banyak. Beberapa teman sekolah dasar yang sempet bertemu saya sangat terkejut, mereka tidak menyangka bahwa saya yang dulu gagap setiap kali membaca, kini bisa begitu santai berbicara di depan menteri dan walikota sekalipun. Jujur, kadang gagap itu masih muncul, namun sangat jarang sekali.
Rasa percaya diri telah membantu saya menyingkirkan penyakit gagap, dan menyimpannya sangat jauh dari kehidupan saya. Saya belum mampu menghilangkannya, karena setiap kali kadang muncul juga jika saya dalam kondisi yang tidak siap. Tapi setidaknya, saat ini saya lebih nyaman berbicara di depan anda dan di depan siapapun sebagai seorang MC atau sebagai apapun. Saya hanya perlu lebih banyak membaca dan belajar lagi tentang banyak hal, agar saya semakin percaya diri setiap kali diminta tampil. Dan secara otomatis semakin menjauhkan gagap dari diri saya, dari penampilan saya. Persiapan dan latihan setiap kali selalu saya lakukan, agar saya selalu siap untuk praktek setiap saat.
Saya hanya berpikir, jika saya yang "berpenyakit" gagap, dengan bekal rasa percaya diri dan persiapan serta latihan yang cukup BISA tampil berbicara di depan orang banyak dengan berbagai latar belakang mereka, maka anda yang "normal" pasti HEBAT jika mau melakukannya. Ya, kuncinya hanya satu menurut saya, KEMAUAN. Jadi, jika saya BISA, maka anda harus HEBAT !
Teteup Semangat !!!
Lama2 para guru akhirnya mengetahui akal2anku ini, karena terlalu sering dan kerapkali saya lakukan di kelas, dan selalu terjadi ketika kami para murid harus bergiliran membaca buku pelajaran sekolah. Mereka tidak melarangku untuk ke belakang setiap kali, namun tetap menyuruhku membaca begitu aku telah kembali dari belakang. Aku masih ingat dengan jelas pandangan iba dari teman2 sekelasku, setiap kali saya tidak bisa menyelesaikan tugasku membaca. Beberapa teman bahkan berbaik hati menawarkan untuk mengambil ambil tugasku, namun tidak pernah diijinkan oleh guruku.
Aku bukan tidak bisa membaca. Aku hanya kerapkali mengalami masalah ketika harus bertemu dengan sebuah kata ato kalimat yang berawalan dengan huruf S, K, dan beberapa huruf lain. Ya, dalam istilah umum saya mengalami GAGAP. Saya tidak ingat pasti, sejak kapan saya menyadari hal tersebut. Yang pasti, sejak saat itu saya tidak menyukai pelajaran lain, kecuali matematika. Karena matematika tidak mengharuskan kami para murid untuk membaca. Tidak mengherankan jika diantara teman2, saya dikenal sebagai yang paling jago urusan pelajaran berhitung ini.
Meski mengalami hal tersebut, pada akhirnya saya sangat bersyukur karena memiliki para guru dan teman2 yang sangat pengertian. Mereka tidak pernah merendahkan ato melecehkan saya. Beberapa teman bahkan secara sukarela mencoba membantu saya mengatasi hal tersebut, dengan berbagai cara yang mereka ketahui. Guru2 tidak pernah memaksa saya untuk membaca jika saya memang merasa tidak siap untuk melakukannya. Saya juga kerapkali diminta untuk bertugas sebagai pembaca undang2 dan pancasila, jika memang saya menyatakan siap melakukannya. Menurut mereka, ini adalah salah satu cara yang harus saya lakukan agar saya bisa menghilangkan "penyakit" saya itu. Saya juga kemudian diajak teman2 untuk aktif dalam kegiatan pramuka, juga sebagai upaya penyembuhan.
Semua terus berlangsung sampai akhirnya saya lepas sekolah dasar dan melanjutkan ke SMP. Di jenjang ini, kami sudah mulai jarang bahkan hampir tidak pernah mendapatkan tugas membaca buku pelajaran secara bergantian di kelas. Hal ini sangat membantuku melupakan pengalaman "buruk" yang kualami dalam hal membaca. Karena saya bertemu dengan teman2 baru, dan mereka tidak pernah tahu bahwa saya gagap, maka hal tersebut sangat membantu saya, terutama menyangkut rasa percaya diri. Saya merasa tidak berbeda dengan mereka. Hal ini juga membuat gerak langkahku menjadi lebih leluasa, khususnya untuk lebih mengembangkan diri. Selain aktif sebagai pengurus OSIS, saya juga aktif dalam kegiatan ekstra kurikuler beladiri. Diluar sekolah, saya tetap menggeluti aktifitas sebagai anggota pada sebuah kelompok teater.
Semua berlangsung normal untuk selanjutnya, seperti juga kebanyakan remaja pada umumnya. Semua kegiatan positif yang ada disekolah dan masyarakat, selalu aku ikuti. Mulai dari sebagai pengrus OSIS, karang taruna, pengajian sekolah, band, pokoknya hampir semua kegiatan yang ada dan bisa kuikuti. Sampai lepas sekolah SLTA, saya hampir tidak pernah mengalami hal itu lagi. Hampir tidak pernah, bukan tidak pernah.
Hingga akhirnya kemudian saya lepas sekolah dan terjun ke dunia siaran sebagai penyiar radio, kemudian naik pangkat jadi presenter tv lokal, hingga kemudian dikenal sebagai MC. Semua itu semkain menebalkan rasa percaya diri saya, karena semakin sering tampil di depan orang banyak. Beberapa teman sekolah dasar yang sempet bertemu saya sangat terkejut, mereka tidak menyangka bahwa saya yang dulu gagap setiap kali membaca, kini bisa begitu santai berbicara di depan menteri dan walikota sekalipun. Jujur, kadang gagap itu masih muncul, namun sangat jarang sekali.
Rasa percaya diri telah membantu saya menyingkirkan penyakit gagap, dan menyimpannya sangat jauh dari kehidupan saya. Saya belum mampu menghilangkannya, karena setiap kali kadang muncul juga jika saya dalam kondisi yang tidak siap. Tapi setidaknya, saat ini saya lebih nyaman berbicara di depan anda dan di depan siapapun sebagai seorang MC atau sebagai apapun. Saya hanya perlu lebih banyak membaca dan belajar lagi tentang banyak hal, agar saya semakin percaya diri setiap kali diminta tampil. Dan secara otomatis semakin menjauhkan gagap dari diri saya, dari penampilan saya. Persiapan dan latihan setiap kali selalu saya lakukan, agar saya selalu siap untuk praktek setiap saat.
Saya hanya berpikir, jika saya yang "berpenyakit" gagap, dengan bekal rasa percaya diri dan persiapan serta latihan yang cukup BISA tampil berbicara di depan orang banyak dengan berbagai latar belakang mereka, maka anda yang "normal" pasti HEBAT jika mau melakukannya. Ya, kuncinya hanya satu menurut saya, KEMAUAN. Jadi, jika saya BISA, maka anda harus HEBAT !
Teteup Semangat !!!
8 juni 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar