Siang tadi mendadak saya di telpon oleh seorang sahabat yang meminta bantuan untuk menemaninya meeting keluar kota, sekaligus juga mengecek salah satu kantor cabangnya di Balikpapan. Waktu sudah menunjukkan pukul 12.30 ketika mobil yang kami kendarai mulai bergerak melaju meninggalkan kota Samarinda. Seperti biasa, perjalanan kami isi dengan obrolan dan sharing seputar bisnis kami masing2. Ia sendiri mulai rapat jam 16, namun sebelumnya ia ingin bertemu dengan seorang kolega dan sekaligus mengecek salah satu kantor cabangnya. Kami prediksikan, dengan waktu tempuh rata2 2,5 jam, maka kami akan tiba di Balikpapan jam 15. Namun jika bukan hari libur, biasanya akan mampu lebih cepat sampai karena jalanan yang tidak terlalu ramai.
Ternyata perjalanan tidak semulus rencana. Menjelang setengah perjalanan, ban mobil depan sebelah kiri yang kami naiki mengalami pecah, setelah sebelumnya terbentur lubang yang cukup dalam. (Belakangan juga diketahui karena tekanan ban yang jauh diatas normal). Bersyukur kami membawa ban serep, meskipun itu ternyata tidak menyelesaikan masalah. Kenapa? Karena ban serep tersebut tidak terlalu sesuai untuk dipasang sebagai pengganti ban yang pecah. Kog bisa? ternyata itu memang bukan ban serep asli bawaan mobil. Hehehehe..... Anehnya lagi, sebenarnya dia sudah tahu terhadap kondisi itu hanya belum sempat menggantinya saja. Menunggu waktu yang tepat katanya.
Dalam kondisi seperti itu, ditengah perjalanan yang masih hutan dan sepi, sepertinya tidak banyak pilihan bagi kami. Mencegat mobil yang lewat untuk meminjam bannya yang sesuai, ato menggunakan ban serep yang tidak terlalu sesuai sampai menemukan tempat untuk ganti ban.
Akhirnya kami sepakat menggunakan opsi kedua, menggunakan ban serep yang tidak terlalu sesuai tersebut.
Kamipun mengganti ban yang pecah dengan ban serep yang ada. Selesai? Belum. Ternyata ban tersebut memang tidak bisa melekat kuat pada as roda yang ada, sehingga jika digunakan akank tampak tidak rata (nggeleyot kata orang jawa). Opsi ini kami tetap lakukan. Agar lebih aman, kami akan mengurangi kecepatan. Dari normalnya 80 - 100 km/jam, akhirnya kami turunkan jadi 20 - 40 km/jam. Begitulah rencana kami. Beres? Belum. Karena begitu dongkrak diturunkan, ban serep tersebut ternyata kurang angin (karena terlalu lama tidak digunakan dan di cek).
Hahahahahaha..... kamipun ngakak bersama.
Ternyata kami bisa bersyukur. Ban serep itu hanya kurang angin, bukan kempes total. Artinya masih bisa digunakan, meski dengan kondisi perjalanan yang jadi kurang nyaman. Bayangkan saja, velg yang tidak pas dengan as roda ditambah dengan tekanan ban yang kurang.
Dan begitulah.... Perjalanan kami lanjutkan dengan penuh kesabaran, sembari berharap segera menemukan bengkel untuk sekedar tambah angin ato syukur2 bisa ganti ban sekalian.
Alhamdulillah.... dalam jarak beberapa kilometer, kami menemukan sebuah bengkel tambal ban. Setidaknya bisa tambah angin ban serep, sekaligus tanya info bengkel ban mobil terdekat yang ternyata masih berjarak 54 km lagi. What's?! itu sech jarak untuk sampai ke kota Balikpapan (dan ternyata memang adanya setelah sampai di kota Balikpapan).
Setelah membaca Bismillah entah untuk yang keberapa kalinya, kamipun melanjutkan perjalanan kembali dengan kecepatan tidak lebih dari 40 km/jam dan rasa was2 yang terus ada. Untuk menghibur diri, kami mendengarkan musik2 dari tape mobil yang ada. Selain menghibur diri dari perasaan was2 yang ada, kami juga berusaha menghibur diri karena harus selalu bersabar terhadap kendaraan2 lain yang dengan mudahnya mendahului kami. Lumayan buat melatih kesabaran, begitu batinku. Mendadak saya tersenyum dalam hati. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kondisi bisnis saya saat ini. Pengennya bisa lari kencang, berkejaran dengan yang lain, tapi ternyata kemampuan tidak mendukung. Padahal mesin bagus, driver siap, ban yang lain juga ok, tapi kalo ada satu ban yang tidak sesuai dan klop, maka kita tidak bisa memacu kesepatan semaksimal mungkin. Jika kita memaksakan hal tersebut, resiko kecelakaan akan lebih besar. Bukankah bannya memang gak cocok dan kurang angin ?!
Syukur perjalanan lancar tanpa hambatan. Meski kami baru tiba di kota Balikpapan pada jam 16 lewat, dan ketemu bengkel untuk ganti ban beberapa saat kemudian. Belajar dari kejadian sebelumnya, sahabat saya tersebut akhirnya tidak hanya mengganti ban yang pecah saja, tapi juga sekaligus mengganti velg dan ban baru untuk serepnya.
Saya belajar sesuatu hari ini.
Sebaiknya anda mempersiapkan diri sebelum melakukan perjalanan, apalagi untuk sebuah perjalanan yang cukup panjang dan lama, karena anda tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi dan anda temui dalam perjalanan. Meski demikian, hal tersebut jangan menjadikan sebuah ketakutan yang berlebihan, yang akan menyebabkan kita tidak berani untuk mulai melangkah. Persiapkan diri seperlunya, dan jangan menunggu sampai kita benar2 siap, karena anda tidak akan pernah 100% siap menghadapi apa yang akan terjadi dalam perjalanan anda.
Satu lagi, selalu ada alasan untuk tetap bersyukur.
Meski terlambat untuk janji dengan kolega dan ngecek kantor cabang apalagi meeting, kami masih bisa bersyukur. Masih bisa menjalankan rencana meski dengan waktu yang lebih singkat dan terlambat. Oia, bersyukur karena pecah bannya saat berangkat, jadi hari masih sore. Bayangkan jika pecah bannya terjadi pada malam hari saat kami pulang. Ditengah hutan, sepi, jam 22an malam......
Nah...
jadi masih harus bersyukur kan?!
Tetap positif, Terus Semangat !!!
Ryan 'Master Insight'
Ternyata perjalanan tidak semulus rencana. Menjelang setengah perjalanan, ban mobil depan sebelah kiri yang kami naiki mengalami pecah, setelah sebelumnya terbentur lubang yang cukup dalam. (Belakangan juga diketahui karena tekanan ban yang jauh diatas normal). Bersyukur kami membawa ban serep, meskipun itu ternyata tidak menyelesaikan masalah. Kenapa? Karena ban serep tersebut tidak terlalu sesuai untuk dipasang sebagai pengganti ban yang pecah. Kog bisa? ternyata itu memang bukan ban serep asli bawaan mobil. Hehehehe..... Anehnya lagi, sebenarnya dia sudah tahu terhadap kondisi itu hanya belum sempat menggantinya saja. Menunggu waktu yang tepat katanya.
Dalam kondisi seperti itu, ditengah perjalanan yang masih hutan dan sepi, sepertinya tidak banyak pilihan bagi kami. Mencegat mobil yang lewat untuk meminjam bannya yang sesuai, ato menggunakan ban serep yang tidak terlalu sesuai sampai menemukan tempat untuk ganti ban.
Akhirnya kami sepakat menggunakan opsi kedua, menggunakan ban serep yang tidak terlalu sesuai tersebut.
Kamipun mengganti ban yang pecah dengan ban serep yang ada. Selesai? Belum. Ternyata ban tersebut memang tidak bisa melekat kuat pada as roda yang ada, sehingga jika digunakan akank tampak tidak rata (nggeleyot kata orang jawa). Opsi ini kami tetap lakukan. Agar lebih aman, kami akan mengurangi kecepatan. Dari normalnya 80 - 100 km/jam, akhirnya kami turunkan jadi 20 - 40 km/jam. Begitulah rencana kami. Beres? Belum. Karena begitu dongkrak diturunkan, ban serep tersebut ternyata kurang angin (karena terlalu lama tidak digunakan dan di cek).
Hahahahahaha..... kamipun ngakak bersama.
Ternyata kami bisa bersyukur. Ban serep itu hanya kurang angin, bukan kempes total. Artinya masih bisa digunakan, meski dengan kondisi perjalanan yang jadi kurang nyaman. Bayangkan saja, velg yang tidak pas dengan as roda ditambah dengan tekanan ban yang kurang.
Dan begitulah.... Perjalanan kami lanjutkan dengan penuh kesabaran, sembari berharap segera menemukan bengkel untuk sekedar tambah angin ato syukur2 bisa ganti ban sekalian.
Alhamdulillah.... dalam jarak beberapa kilometer, kami menemukan sebuah bengkel tambal ban. Setidaknya bisa tambah angin ban serep, sekaligus tanya info bengkel ban mobil terdekat yang ternyata masih berjarak 54 km lagi. What's?! itu sech jarak untuk sampai ke kota Balikpapan (dan ternyata memang adanya setelah sampai di kota Balikpapan).
Setelah membaca Bismillah entah untuk yang keberapa kalinya, kamipun melanjutkan perjalanan kembali dengan kecepatan tidak lebih dari 40 km/jam dan rasa was2 yang terus ada. Untuk menghibur diri, kami mendengarkan musik2 dari tape mobil yang ada. Selain menghibur diri dari perasaan was2 yang ada, kami juga berusaha menghibur diri karena harus selalu bersabar terhadap kendaraan2 lain yang dengan mudahnya mendahului kami. Lumayan buat melatih kesabaran, begitu batinku. Mendadak saya tersenyum dalam hati. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kondisi bisnis saya saat ini. Pengennya bisa lari kencang, berkejaran dengan yang lain, tapi ternyata kemampuan tidak mendukung. Padahal mesin bagus, driver siap, ban yang lain juga ok, tapi kalo ada satu ban yang tidak sesuai dan klop, maka kita tidak bisa memacu kesepatan semaksimal mungkin. Jika kita memaksakan hal tersebut, resiko kecelakaan akan lebih besar. Bukankah bannya memang gak cocok dan kurang angin ?!
Syukur perjalanan lancar tanpa hambatan. Meski kami baru tiba di kota Balikpapan pada jam 16 lewat, dan ketemu bengkel untuk ganti ban beberapa saat kemudian. Belajar dari kejadian sebelumnya, sahabat saya tersebut akhirnya tidak hanya mengganti ban yang pecah saja, tapi juga sekaligus mengganti velg dan ban baru untuk serepnya.
Saya belajar sesuatu hari ini.
Sebaiknya anda mempersiapkan diri sebelum melakukan perjalanan, apalagi untuk sebuah perjalanan yang cukup panjang dan lama, karena anda tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi dan anda temui dalam perjalanan. Meski demikian, hal tersebut jangan menjadikan sebuah ketakutan yang berlebihan, yang akan menyebabkan kita tidak berani untuk mulai melangkah. Persiapkan diri seperlunya, dan jangan menunggu sampai kita benar2 siap, karena anda tidak akan pernah 100% siap menghadapi apa yang akan terjadi dalam perjalanan anda.
Satu lagi, selalu ada alasan untuk tetap bersyukur.
Meski terlambat untuk janji dengan kolega dan ngecek kantor cabang apalagi meeting, kami masih bisa bersyukur. Masih bisa menjalankan rencana meski dengan waktu yang lebih singkat dan terlambat. Oia, bersyukur karena pecah bannya saat berangkat, jadi hari masih sore. Bayangkan jika pecah bannya terjadi pada malam hari saat kami pulang. Ditengah hutan, sepi, jam 22an malam......
Nah...
jadi masih harus bersyukur kan?!
Tetap positif, Terus Semangat !!!
Ryan 'Master Insight'
22 juni 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar