Dengan mata berkaca-kaca, disodorkannya beberapa lembar kertas yang dia bawa kepadaku. Beberapa lembar foto ternyata.
"Coba mas Ryan perhatikan, apa yang tidak biasa dari foto2 tersebut" katanya kemudian.
Dengan perlahan, kuamati satu demi satu foto2 yang dia berikan.
"Coba mas perhatikan mata dan senyum mereka. Ada sorot dan senyum bahagia yang tampak disana, dan itu bukanlah sorot mata dan senyum yang lebih dari sekedar 2 orang teman yang lama tidak berjumpa" katanya dengan nada bergetar, yang kemudian dilanjutkan dengan menetesnya butiran bening dari matanya.
"Saya mengenal betul istri saya mas Ryan. Saya tahu betul ekspresi ketika dia sedang senang dan bahagia, dan itu yang saya lihat dari foto tersebut" lanjutnya berusaha tegar.
Sepintas foto yang dia sodorkan memang hanya tampak seperti foto biasa. Di foto itu, terlihat istrinya sedang tersenyum dekat seorang pria. Bukan hanya dekat, malah terkesan rapat. Bahkan dalam satu sesi, tampak jelas istrinya sedang bersandar di bahu sang pria. Wajar jika kemudian sahabat saya tersebut merasa 'terbakar' api cemburu yang luar biasa. Sebagai seorang pria, tentu saja tidak akan rela jika istrinya tampak 'mesra' dengan pria lain.
Meski demikian, saya berusaha untuk tidak langsung menyalahkan istrinya. Meski apa yang dilakukan istrinya tersebut sudah pasti salah. Karena sebagai wanita yang telah bersuami, sungguh tidak pantas jika tampak 'mesra' dengan pria lain, meskipun mungkin hanya lewat sebuah foto. Saya percaya, pasti ada alasan dan sebab kenapa istri sahabat saya sampai melakukan hal tersebut. Maka sebagai sahabat yang baik, saya berusaha menjembatani komunikasi mereka.
Dalam pertemuan saya dengan istrinya, sang istri mengakui secara jujur kesalahannya. Ia secara jujur mengakui bahwa sempat kembali jatuh hati dengan pria yang tampak dalam foto, yang ternyata adalah teman sekolahnya yang dulu sempat dekat dengannya. Namun kemudian ia bersumpah, bahwa ia tidak pernah melakukan hal-hal lain seperti yang di takutkan suaminya. Foto itu adalah foto sekian bulan yang lalu, dan kini mereka tidak lagi pernah bertemu. Ia kemudian menceritakan betapa ia merasa sangat bersalah dan berdosa, karena telah menyalah gunakan kepercayaan yang diberikan suaminya.
Saat itu, ia sering merasa sepi karena jarang mendapat perhatian suami. Ia merasa jarang diperhatikan, jarang diberi curahan kasih sayang. Menurutnya, sifat suami yang tidak romatis dan sering marah adalah penyebab utamanya. Meski sedikit terlambat, ia menyadari bahwa hal tersebut tidak seharusnya ia lakukan. Karena hal tersebut ternyata bukan menyelesaikan masalah, namun justru semakin menambah masalah.
Mendengar semua cerita yang saya sampaikan (tentu saja dari istrinya), sahabat saya tersebut cukup lama tertegun. Rupanya ia harus jujur mengakui bahwa apa yang disampaikan istrinya adalah benar adanya. Meski ia mencoba memberikan jawaban, apa yang menjadi penyebab itu semuanya. Kondisi usahanya yang saat itu memang sedang drop adalah salah satu alasannya. Tekanan itulah yang membuatnya jadi kerap sensi dan gampang naik darah, selain kelelahan fisik dan mental yang saat itu kerap menderanya. Istrinya sendiri sebenarnya sudah mengetahui kondisinya, dan ia berharap agar istrinya lebih bisa memahaminya. Tapi begitulah, yang terjadi justru ternyata sebaliknya.
Atas masukan dari saya, mereka akhirnya memutuskan untuk bertemu dan berbicara. Bukan hanya berdua, tapi bertiga dengan pria yang ada dalam foto bersama istrinya. Agar semua bisa saling menjelaskan, agar semua masalah terselesaikan, meski dengan hati yang terluka.
Setelah beberapa waktu tidak bersua, hari ini sahabat tersebut menghubungi saya. Mengajak saya berjumpa, karena ia ingin kembali bercerita. Tidak ada lagi mata yang berkaca-kaca, yang tampak adalah binar wajah dan senyum bahagia. Rupanya ia telah mema'afkan istrinya. Ia percaya bahwa ketakutannya tidak terbukti nyata. Ia juga percaya, bahwa istrinya tetaplah sosok wanita yang setia.
Dengan senyum sumringah ia kemudian bercerita, betapa istrinya kini telah berbeda. Semua itu karena ia sendiri juga berusaha menjadi berbeda, seperti yang dulu istrinya bercerita.
"Memang tidak mudah mas Ryan, tapi saya yakin bisa. Apalagi ini demi kami berdua" katanya bahagia, sambil melirik sang istri yang ikut serta mendampinginya.
"Terimakasih mas Ryan mau jadi pendengar kami dan membantu kami menyelesaikan masalah ini" lanjut istrinya menutup obrolan siang tadi.
Saya yang harusnya berterimakasih, kata saya dalam hati.
Saya telah belajar banyak hal dari mereka hari ini, khususnya tentang kekuatan menerima dan mema'afkan.
Dalam kehidupan kita, seringkali susah bagi kita untuk menerima pasangan kita seutuhnya. Sehingga yang kerap terjadi adalah, kita berusaha menutupi kekurangan pasangan kita dengan mencarinya pada orang lain. Sepintas ini akan tampak menyelesaikan masalah. Namun yang sesungguhnya terjadi, ini akan menambah masalah anda. Meski tidak mudah, ada baiknya anda berusaha menerima pasangan anda lengkap dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada padanya, karena itu juga adalah bagian dari konsekwensi atas pilihan anda.
Pada mereka, saya juga ingin belajar bagaimana mema'afkan.
Karena kesalahan yang dilakukan oleh pasangan kita, mungkin juga karena andil kita di dalamnya. Dengan menyadari hal tersebut, semoga akan membantu kita untuk bisa lebih mema'afkan. Bukan untuk mencari siapa yang sesungguhnya yang salah, atau menentukan siapa yang berhak menyandang predikat sebagai pemenang, tapi untuk mencari solusi atas setiap masalah, dan melanjutkan kebersamaan cinta dengan saling mema'afkan.
Terus Semangat !!!
Ryan 'Master Insight'
"Coba mas Ryan perhatikan, apa yang tidak biasa dari foto2 tersebut" katanya kemudian.
Dengan perlahan, kuamati satu demi satu foto2 yang dia berikan.
"Coba mas perhatikan mata dan senyum mereka. Ada sorot dan senyum bahagia yang tampak disana, dan itu bukanlah sorot mata dan senyum yang lebih dari sekedar 2 orang teman yang lama tidak berjumpa" katanya dengan nada bergetar, yang kemudian dilanjutkan dengan menetesnya butiran bening dari matanya.
"Saya mengenal betul istri saya mas Ryan. Saya tahu betul ekspresi ketika dia sedang senang dan bahagia, dan itu yang saya lihat dari foto tersebut" lanjutnya berusaha tegar.
Sepintas foto yang dia sodorkan memang hanya tampak seperti foto biasa. Di foto itu, terlihat istrinya sedang tersenyum dekat seorang pria. Bukan hanya dekat, malah terkesan rapat. Bahkan dalam satu sesi, tampak jelas istrinya sedang bersandar di bahu sang pria. Wajar jika kemudian sahabat saya tersebut merasa 'terbakar' api cemburu yang luar biasa. Sebagai seorang pria, tentu saja tidak akan rela jika istrinya tampak 'mesra' dengan pria lain.
Meski demikian, saya berusaha untuk tidak langsung menyalahkan istrinya. Meski apa yang dilakukan istrinya tersebut sudah pasti salah. Karena sebagai wanita yang telah bersuami, sungguh tidak pantas jika tampak 'mesra' dengan pria lain, meskipun mungkin hanya lewat sebuah foto. Saya percaya, pasti ada alasan dan sebab kenapa istri sahabat saya sampai melakukan hal tersebut. Maka sebagai sahabat yang baik, saya berusaha menjembatani komunikasi mereka.
Dalam pertemuan saya dengan istrinya, sang istri mengakui secara jujur kesalahannya. Ia secara jujur mengakui bahwa sempat kembali jatuh hati dengan pria yang tampak dalam foto, yang ternyata adalah teman sekolahnya yang dulu sempat dekat dengannya. Namun kemudian ia bersumpah, bahwa ia tidak pernah melakukan hal-hal lain seperti yang di takutkan suaminya. Foto itu adalah foto sekian bulan yang lalu, dan kini mereka tidak lagi pernah bertemu. Ia kemudian menceritakan betapa ia merasa sangat bersalah dan berdosa, karena telah menyalah gunakan kepercayaan yang diberikan suaminya.
Saat itu, ia sering merasa sepi karena jarang mendapat perhatian suami. Ia merasa jarang diperhatikan, jarang diberi curahan kasih sayang. Menurutnya, sifat suami yang tidak romatis dan sering marah adalah penyebab utamanya. Meski sedikit terlambat, ia menyadari bahwa hal tersebut tidak seharusnya ia lakukan. Karena hal tersebut ternyata bukan menyelesaikan masalah, namun justru semakin menambah masalah.
Mendengar semua cerita yang saya sampaikan (tentu saja dari istrinya), sahabat saya tersebut cukup lama tertegun. Rupanya ia harus jujur mengakui bahwa apa yang disampaikan istrinya adalah benar adanya. Meski ia mencoba memberikan jawaban, apa yang menjadi penyebab itu semuanya. Kondisi usahanya yang saat itu memang sedang drop adalah salah satu alasannya. Tekanan itulah yang membuatnya jadi kerap sensi dan gampang naik darah, selain kelelahan fisik dan mental yang saat itu kerap menderanya. Istrinya sendiri sebenarnya sudah mengetahui kondisinya, dan ia berharap agar istrinya lebih bisa memahaminya. Tapi begitulah, yang terjadi justru ternyata sebaliknya.
Atas masukan dari saya, mereka akhirnya memutuskan untuk bertemu dan berbicara. Bukan hanya berdua, tapi bertiga dengan pria yang ada dalam foto bersama istrinya. Agar semua bisa saling menjelaskan, agar semua masalah terselesaikan, meski dengan hati yang terluka.
Setelah beberapa waktu tidak bersua, hari ini sahabat tersebut menghubungi saya. Mengajak saya berjumpa, karena ia ingin kembali bercerita. Tidak ada lagi mata yang berkaca-kaca, yang tampak adalah binar wajah dan senyum bahagia. Rupanya ia telah mema'afkan istrinya. Ia percaya bahwa ketakutannya tidak terbukti nyata. Ia juga percaya, bahwa istrinya tetaplah sosok wanita yang setia.
Dengan senyum sumringah ia kemudian bercerita, betapa istrinya kini telah berbeda. Semua itu karena ia sendiri juga berusaha menjadi berbeda, seperti yang dulu istrinya bercerita.
"Memang tidak mudah mas Ryan, tapi saya yakin bisa. Apalagi ini demi kami berdua" katanya bahagia, sambil melirik sang istri yang ikut serta mendampinginya.
"Terimakasih mas Ryan mau jadi pendengar kami dan membantu kami menyelesaikan masalah ini" lanjut istrinya menutup obrolan siang tadi.
Saya yang harusnya berterimakasih, kata saya dalam hati.
Saya telah belajar banyak hal dari mereka hari ini, khususnya tentang kekuatan menerima dan mema'afkan.
Dalam kehidupan kita, seringkali susah bagi kita untuk menerima pasangan kita seutuhnya. Sehingga yang kerap terjadi adalah, kita berusaha menutupi kekurangan pasangan kita dengan mencarinya pada orang lain. Sepintas ini akan tampak menyelesaikan masalah. Namun yang sesungguhnya terjadi, ini akan menambah masalah anda. Meski tidak mudah, ada baiknya anda berusaha menerima pasangan anda lengkap dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada padanya, karena itu juga adalah bagian dari konsekwensi atas pilihan anda.
Pada mereka, saya juga ingin belajar bagaimana mema'afkan.
Karena kesalahan yang dilakukan oleh pasangan kita, mungkin juga karena andil kita di dalamnya. Dengan menyadari hal tersebut, semoga akan membantu kita untuk bisa lebih mema'afkan. Bukan untuk mencari siapa yang sesungguhnya yang salah, atau menentukan siapa yang berhak menyandang predikat sebagai pemenang, tapi untuk mencari solusi atas setiap masalah, dan melanjutkan kebersamaan cinta dengan saling mema'afkan.
Terus Semangat !!!
Ryan 'Master Insight'
17 mei 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar